Membedakan Selftalk Sebagai Tanda Gangguan Jiwa Atau Kecerdasan Seseorang

Deeptalk.co.id – Self-talk merupakan suatu kebiasaan ketika seseorang berbicara dengan dirinya sendiri secara lantang. Perilaku ini adalah hal yang wajar terjadi pada setiap orang. Bahkan ada penelitian yang menyebutkan manfaatnya bagi kecerdasan. Namun, dibalik manfaatnya ada juga selftalk yang merugikan hingga menjadi tanda seseorang terkena gangguan jiwa.
Self-talk akan merugikan ketika berubah menjadi nada yang negatif atau terlalu mengkritik diri sendiri. Hal tersebut menciptakan narasi yang dapat memengaruhi harga diri seseorang. Peneliti juga menyebutkan self-talk dengan frekuensi yang sering dianggap mengkhawatirkan karena hal tersebut menjadi tanda bahwa seseorang kesepian dan tidak memiliki hubungan sosial yang sehat.
Pada artikel kali ini, kami akan mengungkapkan lebih lanjut akan perbedaan self-talk sebagai tanda kecerdasan seseorang atau justru menjadi tanda adanya gangguan pada jiwa seseorang. Dengan demikian, Anda bisa melakukan penanganan selanjutnya pada ahli untuk mengatasi kebiasaan self-talk yang mengindikasikan tanda gangguan jiwa.

Baca juga : Penelitian : Sering Selftalk Sebagai Tanda Kecerdasan
Perbedaan Selftalk Sebagai Tanda Kecerdasan atau Gangguan Jiwa
Ada beberapa gangguan kesehatan mental terkait dengan kebiasaan self-talk yang terlalu sering. Diantaranya meliputi kecemasan, OCD, skizofrenia, PTSD dan depresi. Penyakit mental tersebut dikaitkan juga dengan tingkat gangguan kognitif yang lebih tinggi sehingga memungkinkan penderianya kerap berbicara sendiri untuk mengatasinya. Self-talk menjadi media bagi mereka untuk menghibur diri atau mengatasi masalah yang dihadapi.
Self-talk sebenarnya merupakan aktivitas yang sehat dilakukan oleh setiap orang. Manfaatnya pun bahkan dapat meningkatkan kepercayaan diri serta ingatan seseorang. Ini menjadi perilaku yang sehat ketika seseorang melakukannya dengan sadar bahwa ia sedang berbicara dengan dirinya sendiri tanpa ada lawan bicara imajinatif yang mereka bentuk.

Sedangkan self-talk bisa berubah menjadi psikosis potensial yang artinya seseorang menjadi kehilangan kontak dengan kenyataan. Ada semacam suara-suara yang muncul pada kepalanya sehingga ia pun meresponnya dengan berbicara dan seolah-olah tanpa ada lawannya.
Cara membedakan perilaku ini secara umum yakni dengan memperhatikan bagaimana suara tersebut muncul dalam frekuensi tertentu. Self-talk internal yang sehat merupakan percakapan yang sadar. Namun, ini kemudian menjadi berbahaya jika Anda mulai merespon suara-suara yang ada di kepala. Bahkan Anda secara tidak sadar telah membuat dialog karena adanya banyak suara yang muncul. Jika sudah terlampau demikian, sebaiknya Anda harus segera berbicara dengan penyedia kesehatan mental untuk penanganan yang lebih serius.
Baca juga : Positive Selftalk Yang Baik Untuk Kesehatan Mental
Perbedaan Frekuensi Self-Talk Sebagai Tanda Gangguan Jiwa Serta Alasannya

Selain itu, setiap orang pasti melakukan self-talk, namun pada frekuensinya yang berbeda-beda akan menjadi hal yang janggal sehingga self-talk bisa menjadi tanda gangguan kejiwaan. Bahkan ketika Anda sudah terlampau sering melakukannya tanpa sadar.
Ada beberapa alasan potensial mengapa setiap orang mengalami perbedaan dalam frekuensi self-talk mereka. Diantaranya sebagai berikut
Perilaku Isolasi Sosial

Individu yang menghabiskan lebih banyak waktu sendiri atau yang memiliki pengalaman isolasi sosial lebih sering melaporkan self-talk. Alasannya di sini adalah bahwa orang mungkin termotivasi untuk membuat atau mengelola interaksi “sosial” mereka ( melalui self-talk) ketika pengalaman sosial mereka terbatas atau tidak memuaskan.
Isolasi sosial sendiri terbukti menjadi faktor risiko yang signifikan bagi kesehatan mental dan fisik, sehingga ada kemungkinan isolasi sosial terhadap penyebab dari gangguan kesehatan mental. Dalam sebuah studi tentang kesepian yang dilakukan dengan menggunakan sampel orang dewasa di Jerman, menunjukkan adanya korelasi positif antara kebutuhan untuk dimiliki dan kesepian dengan frekuensi self-talk secara keseluruhan. Mereka juga menemukan korelasi negatif yang lebih tinggi antara kesepian dan kesehatan mental untuk orang yang sering berbicara dengan diri sendiri dibandingkan dengan orang yang jarang berbicara.
Baca juga : Gunakan Strategi Ini Untuk Meningkatkan Dampak Positive Selftalk
Hasil ini berkaitan juga bahwa hubungan sosial yang terbatas atau tidak memuaskan berkaitan dengan peningkatan frekuensi self-talk. Frekuensi self-talk juga memungkinkan adanya hubungan dengan aspek sosial lainnya, misal terputus dengan lingkungan sosial, menjalani hidup sendirian atau hanya dengan hewan peliharaan, hingga mengalami pemutusan hubungan romansa.
Adanya Gangguan Kognitif

Gangguan kognitif ini terkait dengan kebutuhan untuk memahami dan menjelaskan kembali kejadian atau pengalaman pribadi. Adanya gangguan pada kognitif seseorang dapat menjadi faktor perbedaan frekuensi self-talk antar satu dengan lainnya.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengalami gangguan kognitif akibat suatu peristiwa buruk hingga stres menunjukkan penurunan kinerja dan pengaturan diri. Pengalaman yang berkaitan dengan diri sendiri secara kognitif mengganggu, seperti kecemasan, OCD dan skizotipi, kemudian akan berkorelasi dengan peningkatan self-talk.
Hal tersebut dikarenakan mereka merasa memiliki pengalaman diri sendiri yang anomali, menjengkelkan, atau mengganggu sehingga harus menekan seseorang untuk mencoba menyelesaikan, memahami atau mengklarifikasi pengalaman tersebut. Self-talk adalah salah satu cara pengaturan diri yang diperkirakan akan digunakan dalam keadaan seperti ini.
Baca juga : Kenali Dampak Buruk Dari Kebiasaan Negative Self-Talk
Selain itu, cemas ketika akan berbicara di depan umum menjadi salah satu kasus umum ketika mempelajari hubungan antara self-talk dengan gangguan kognitif yang disebabkan oleh kecemasan. Sebagian besar orang yang mengalami masalah ini menggunakan cara berlatih berbicara sendiri atau dengan self-talk sebelum berbicara di depan umum. Hasilnya mereka menjadi lebih tenang dan siap serta percaya diri untuk kemudian bisa membawakan apa yang ingin mereka bicarakan di depan umum.
Sumber :
Melissa Porrey. (2022, November 4). Is It Normal to Talk to Yourself? Verywell Health. https://www.verywellhealth.com/is-talking-to-yourself-normal-5272241
Thomas M., Brinthaupt (2019). Individual Differences in Self-Talk Frequency: Social Isolation and Cognitive Disruption.Frontiers in Psychology Vol. 10. https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2019.01088